Senin, 23 April 2012

Seekor Anak Singa


Zaman dahulu, hiduplah seekor singa yang tengah mengandung. Saat ia melahirkan anaknya, singa itu meninggal, namun anaknya selamat. Bayi singa yang baru lahir itu sendiri di hutan belantara. Ia sangat kedinginan. Hingga datanglah rombongan domba menemukan anak singa itu. Ibu domba sangat kasihan melihat singa yang kedinginan itu. Ibu domba itu berniat untuk menolongnya, namun ia berpikir, jika ia besar nanti, ia akan memakan para domba. Ibu doba pun membatalkan niatnya, dan meninggalkan anak singa itu. Namun, tak lama kemudian ibu domba dan rombongannya kembali, ia tak tega meninggalkan anak singa itu. Akhirnya ibu domba itu mengurus anak singa itu.
Seiring berjalannya waktu, singa itu tumbuh besar bersama anak-anak domba yang lainnya. Singa itu tidak memakan para domba. Singa itu telah menjadi bagian dari kelompok domba. Ia tak tahu bahwa ia adalah seekor singa dan ia menganggap bahwa ia adalah seekor domba seperti yang lainnya.
Hingga pada suatu hari, ketika para domba dan singa itu bermain, datanglah seekor serigala. Serigala itu tengah kelaparan dan ia akan menyantap domba-domba itu. Namun, niatnya tertahan ketika ia melihat ada seekor singa di tengah kumpulan domba-domba itu. Karena ia sangat lapar, ia tak peduli dengan hal itu. Akhirnya serigala itu mendekati kumpulan domba.
Para domba sangat ketakutan melihat kedatangan serigala. Ibu domba menyuruh singa untuk mengusir serigala itu, namun anak singa itu hanya diam dan bersembunyi di belakang ibu domba, kareana ia juga ketakutan. Akhirnya sang serigala berhasil menangkap salah satu domba dan membawanya pergi.
Para domba merasa sedih, karena salah satu dari mereka dimakan oleh serigala. Ibu domba pun merasa kecewa kepada singa yang tak bisa mengusir serigala jahat itu.
Hari berikutnya, serigala itu pun kembali untuk menangkap domba lagi. Ibu domba menyuruh singa untuk mengusirnya.
“Ayo nak, mengaunglah agar serigala itu pergi!” Pinta ibu domba kepada singa.
“Tapi aku tidak bisa bu, aku takut.” Jawab singa gemetar.
Akhirnya ibu domba melakukan perlawanan. Ia mencoba menghadang serigala itu. Ia tak mau serigala itu menangkap anaknya lagi.
Sayangnya ibu domba terkena cakaran serigala.
“Tolong ibu, nak.” Pinta ibu domba kepada singa.
Singa itu tak tega melihat ibu domba berlumuran darah. Ia pun mendekati singa itu, dan..
“Mbeee... mbeeee....” sang singa mengembik.
“Haha.. haha...” Tawa serigala kegelian.
“Ternyata kamu itu hanyalah seekor domba yang berwujud seperti singa” Cela serigala.
“Mbeee.. mbeee...” sang singa hanya bisa mengembik.
Serigala pun berhasil mengambil seekor domba dan membawanya pergi.
****
Beberapa hari kemudian, ketika para domba dan singa mencari makan, datanglah seekor singa besar yang ingin memangsa para domba. Namun, niatnya terhenti, ia melihat ada seekor singa di antara domba-domba itu.
Para domba langsung berlari termasuk anak singa ketika melihat kedatangan singa dewasa.
“Tunggu..” Teriak singa dewasa.
Namun anak singa dan domba tidak menggubrisnya, mereka terus berlari. Ternyata perhatian singa dewasa bukan pada domba-domba itu, melainkan pada anak singa itu yang ketakutan ketika melihatnya. Terjadi kejar-kejaran antara anak singa dan singa dewasa. Sedangkan kumpulan para domba sudah tak terlihat lagi.
“Anak singa, berhenti!!” Pinta singa dewasa.
“Tidak, jangan tangkap aku, mbee.. jangan, mbee..” jawab anak singa sambil terus berlari.
Akhirnya anak singa itu pun tertangkap oleh singa dewasa.
“Ampun, mbee.. jangan makan aku, mbee.. aku tidak enak mbe.. tolong.. mbeeee.. mbeeee...” Jerit singa kecil sambil mengembik.
“Aku tidak akan memakanmu, ikutlah denganku.” Kata singa dewasa.
Akhirnya singa kecil menuruti kata-kata singa dewasa agar ia tidak memakannya. Singa dewasa membawa singa kecil itu ke tepi danau.
“Wahai, anak singa. Lihatlah dirimu ke tepi danau ini.” Pinta singa dewasa.
Singa kecil menurut. Ia sangat terkejut ketika melihat bayangan wajahnya di tepi danau. Ia terdiam dan terus memperhatikan bayangan wajahnya dan singa dewasa di air.
“Wajahku sama denganmu.” Ucap singa kecil.
“Iya, nak. Kamu adalah seekor singa seperti aku. Kamu tidak perlu takut kepadaku, aku tidak akan memakanmu, singa tidak akan memakan singa lagi. Mengaunglah nak, karena kamu seekor singa bukanlah seekor domba.”
Akhirnya sang singa kecil mengaung dengan kencang. Kini ia sadar, bahwa ia adalah singa, sang raja hutan. Ia tidak lemah lagi seperti dulu, karena kini ia telah menemukan jati dirinya sebgai seekor singa.

Terkadang kita pun seperti anak singa itu, yang tak mengenal siapa diri kita. Kita tidak tahu kelebihan/potensi yang ada dalam diri kita, karena kita berada di lingkungan yang tidak mendukung. Kita merasa bahwa kita lemah dan tidak memiliki kekuatan apa pun. Tapi sadarlah ada potensi besar dalam diri kita. Maka mengaunglah seperti anak singa itu, sebelum semuanya terlambat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar