Zaman
dahulu, hiduplah seekor singa yang tengah mengandung. Saat ia melahirkan
anaknya, singa itu meninggal, namun anaknya selamat. Bayi singa yang baru lahir
itu sendiri di hutan belantara. Ia sangat kedinginan. Hingga datanglah
rombongan domba menemukan anak singa itu. Ibu domba sangat kasihan melihat
singa yang kedinginan itu. Ibu domba itu berniat untuk menolongnya, namun ia
berpikir, jika ia besar nanti, ia akan memakan para domba. Ibu doba pun
membatalkan niatnya, dan meninggalkan anak singa itu. Namun, tak lama kemudian
ibu domba dan rombongannya kembali, ia tak tega meninggalkan anak singa itu. Akhirnya
ibu domba itu mengurus anak singa itu.
Seiring
berjalannya waktu, singa itu tumbuh besar bersama anak-anak domba yang lainnya.
Singa itu tidak memakan para domba. Singa itu telah menjadi bagian dari
kelompok domba. Ia tak tahu bahwa ia adalah seekor singa dan ia menganggap
bahwa ia adalah seekor domba seperti yang lainnya.
Hingga
pada suatu hari, ketika para domba dan singa itu bermain, datanglah seekor
serigala. Serigala itu tengah kelaparan dan ia akan menyantap domba-domba itu. Namun,
niatnya tertahan ketika ia melihat ada seekor singa di tengah kumpulan
domba-domba itu. Karena ia sangat lapar, ia tak peduli dengan hal itu. Akhirnya
serigala itu mendekati kumpulan domba.
Para
domba sangat ketakutan melihat kedatangan serigala. Ibu domba menyuruh singa
untuk mengusir serigala itu, namun anak singa itu hanya diam dan bersembunyi di
belakang ibu domba, kareana ia juga ketakutan. Akhirnya sang serigala berhasil
menangkap salah satu domba dan membawanya pergi.
Para
domba merasa sedih, karena salah satu dari mereka dimakan oleh serigala. Ibu domba
pun merasa kecewa kepada singa yang tak bisa mengusir serigala jahat itu.
Hari
berikutnya, serigala itu pun kembali untuk menangkap domba lagi. Ibu domba menyuruh
singa untuk mengusirnya.
“Ayo
nak, mengaunglah agar serigala itu pergi!” Pinta ibu domba kepada singa.
“Tapi
aku tidak bisa bu, aku takut.” Jawab singa gemetar.
Akhirnya
ibu domba melakukan perlawanan. Ia mencoba menghadang serigala itu. Ia tak mau
serigala itu menangkap anaknya lagi.
Sayangnya
ibu domba terkena cakaran serigala.
“Tolong
ibu, nak.” Pinta ibu domba kepada singa.
Singa
itu tak tega melihat ibu domba berlumuran darah. Ia pun mendekati singa itu,
dan..
“Mbeee...
mbeeee....” sang singa mengembik.
“Haha..
haha...” Tawa serigala kegelian.
“Ternyata
kamu itu hanyalah seekor domba yang berwujud seperti singa” Cela serigala.
“Mbeee..
mbeee...” sang singa hanya bisa mengembik.
Serigala
pun berhasil mengambil seekor domba dan membawanya pergi.
****
Beberapa
hari kemudian, ketika para domba dan singa mencari makan, datanglah seekor
singa besar yang ingin memangsa para domba. Namun, niatnya terhenti, ia melihat
ada seekor singa di antara domba-domba itu.
Para
domba langsung berlari termasuk anak singa ketika melihat kedatangan singa
dewasa.
“Tunggu..”
Teriak singa dewasa.
Namun
anak singa dan domba tidak menggubrisnya, mereka terus berlari. Ternyata perhatian
singa dewasa bukan pada domba-domba itu, melainkan pada anak singa itu yang
ketakutan ketika melihatnya. Terjadi kejar-kejaran antara anak singa dan singa
dewasa. Sedangkan kumpulan para domba sudah tak terlihat lagi.
“Anak
singa, berhenti!!” Pinta singa dewasa.
“Tidak,
jangan tangkap aku, mbee.. jangan, mbee..” jawab anak singa sambil terus
berlari.
Akhirnya
anak singa itu pun tertangkap oleh singa dewasa.
“Ampun,
mbee.. jangan makan aku, mbee.. aku tidak enak mbe.. tolong.. mbeeee..
mbeeee...” Jerit singa kecil sambil mengembik.
“Aku
tidak akan memakanmu, ikutlah denganku.” Kata singa dewasa.
Akhirnya
singa kecil menuruti kata-kata singa dewasa agar ia tidak memakannya. Singa dewasa
membawa singa kecil itu ke tepi danau.
“Wahai,
anak singa. Lihatlah dirimu ke tepi danau ini.” Pinta singa dewasa.
Singa
kecil menurut. Ia sangat terkejut ketika melihat bayangan wajahnya di tepi
danau. Ia terdiam dan terus memperhatikan bayangan wajahnya dan singa dewasa di
air.
“Wajahku
sama denganmu.” Ucap singa kecil.
“Iya,
nak. Kamu adalah seekor singa seperti aku. Kamu tidak perlu takut kepadaku, aku
tidak akan memakanmu, singa tidak akan memakan singa lagi. Mengaunglah nak,
karena kamu seekor singa bukanlah seekor domba.”
Akhirnya
sang singa kecil mengaung dengan kencang. Kini ia sadar, bahwa ia adalah singa,
sang raja hutan. Ia tidak lemah lagi seperti dulu, karena kini ia telah
menemukan jati dirinya sebgai seekor singa.
Terkadang
kita pun seperti anak singa itu, yang tak mengenal siapa diri kita. Kita tidak
tahu kelebihan/potensi yang ada dalam diri kita, karena kita berada di
lingkungan yang tidak mendukung. Kita merasa bahwa kita lemah dan tidak
memiliki kekuatan apa pun. Tapi sadarlah ada potensi besar dalam diri kita. Maka
mengaunglah seperti anak singa itu, sebelum semuanya terlambat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar